Liverpool Musim Ini: Perjalanan Menuju Prestasi Besar yang Tak Terlupakan

Liverpool

Kalau ngomongin soal sepak bola Inggris, jujur aja, nama Liverpool tuh kayak… ya kayak legenda hidup. Gimana nggak? Dari dulu sampai sekarang, klub ini kayak punya darah pejuang. Gue sendiri, walaupun bukan fans garis keras Liverpool, tapi susah banget buat nggak respect sama apa yang mereka capai.

Apalagi kalau inget masa-masa kebangkitan mereka… wah, itu momen yang benar-benar ngasih pelajaran banget soal pantang menyerah.

Sejarah Kebangkitan Liverpool: Dari Terpuruk ke Puncak

Jurgen Klopp Pergi, Liverpool FC Akan Dilatih "Pria Belanda" Mulai Musim  Depan - Babel Update

Gue inget banget, ada masa-masa di awal 2010-an di mana sports Liverpool kayak kehilangan jati dirinya. Prestasi jeblok Udintogel, pelatih gonta-ganti, pemain bintang pun kayak ogah-ogahan main.

Waktu itu, yang paling kerasa tuh era pas Roy Hodgson megang. Duh, sumpah, waktu itu rasanya kayak nonton tim tanpa arah. Finis di papan tengah? Biasa. Gagal ke Liga Champions? Udah langganan.

Tapi titik baliknya jelas banget: masuknya Jürgen Klopp tahun 2015.

Awalnya, banyak yang ragu. Klopp, pelatih asal Jerman yang dikenal eksentrik ini, datang dengan gaya “heavy metal football”-nya. Tapi ya ampun, efeknya nyata. Gaya main cepat, pressing ketat, dan mentalitas “Never Give Up” mulai nular ke semua pemain.

Paling kerasa itu pas 2018–2019. Gue masih inget final Liga Champions lawan Spurs. Liverpool angkat trofi keenam mereka. Dan sejak saat itu, semuanya berubah. Mereka bukan lagi underdog… mereka predator.

Fun fact: Di musim 2019–2020, Liverpool akhirnya juara Liga Inggris lagi setelah 30 tahun!
(Dan yes, gue sempet nangis dikit waktu nonton Jordan Henderson angkat trofi… padahal bukan fans!)

Kenapa Liverpool Jadi Tim yang Ditakuti di Liga Inggris?

Ada banyak alasan sih, tapi buat gue pribadi, tiga hal ini yang paling kerasa:

1. Filosofi Permainan yang Gila-gilaan

Liverpool tuh kalau main, kayak pasukan yang nggak kenal capek. Bayangin aja, 90 menit ditekan terus!
Gegenpressing — istilah Jerman yang berarti nge-press secepat mungkin setelah kehilangan bola — udah jadi DNA mereka.

Jadi ya, lawan yang ketemu Liverpool itu kayak diajak lari maraton, cuma bedanya, yang ini sambil stres karena dikejar-kejar terus.

2. Pemain Kunci yang Sadis

Mane, Salah, Firmino, kemudian masuk lagi Diogo Jota, Luis Díaz… Mereka bukan cuma cepet, tapi klinis. Salah satu kekuatan Liverpool tuh di trio maut mereka yang bisa ngehancurin pertahanan lawan dalam waktu beberapa menit doang.

Dan jangan lupakan barisan belakang kayak Virgil van Dijk. Gue beneran salut, Van Dijk tuh kayak tembok hidup. Sulit banget ditembus.

3. Mental Juara

Ini yang nggak semua klub punya.
Liverpool zaman sekarang tuh kalau ketinggalan 1-0, bukannya panik… malah makin gila mainnya. Kayak ada bensin ekstra.
Gue pernah nonton satu match mereka vs Aston Villa, tertinggal 1-0 sampe menit 87, eh, bisa comeback menang. Gilaaaaa…

Tentang Fans Liverpool: Lebih dari Sekadar Supporter

Kalau ada istilah “You’ll Never Walk Alone”, itu lebih dari sekadar anthem.

Fans red devils itu luar biasa loyal. Baik yang di Inggris, Indonesia, sampai pelosok dunia. Gue inget banget, waktu nonton final Liga Champions 2019 di Jakarta, cafe tempat nobar itu kayak mini Anfield. Semua orang pake jersey merah, semua orang nyanyi bareng.

Dan tahu nggak?
Fans Liverpool tuh bukan cuma loyal waktu menang doang.
Waktu klub mereka ancur-ancuran dulu, fans tetap berdiri di belakang mereka. Buat gue, itu definisi fans sejati.

Bahkan di era pandemi, waktu stadion kosong, mereka tetap ngasih support online, bikin mural, kasih pesan ke pemain lewat media sosial. Gue jujur salut.

Skuad Utama Liverpool Musim Ini (2024/2025)

Oke, ngomongin skuad sekarang… jujur gue excited.

Beberapa pemain intinya masih setia, beberapa wajah baru juga nyegerin banget. Ini kurang lebih skuad utama Liverpool musim ini:

  • Alisson Becker (GK) – Dinding hidup di gawang

  • Trent Alexander-Arnold (RB) – Si raja assist dari belakang

  • Virgil van Dijk (CB) – Sang kapten

  • Ibrahima Konaté (CB) – Teman duet Van Dijk yang makin mature

  • Andrew Robertson (LB) – Si pekerja keras nonstop

  • Alexis Mac Allister (CM) – Perekrutan emas musim lalu

  • Dominik Szoboszlai (CM) – Gelandang kreatif baru

  • Curtis Jones (CM) – Anak lokal yang makin gacor

  • Mohamed Salah (RW) – Top scorer abadi

  • Darwin Núñez (ST) – Makin tajam

  • Luis Díaz (LW) – Si lincah dari Kolombia

Skuad ini campuran pemain muda dan berpengalaman yang, menurut gue, kombinasi maut banget.

Liverpool di Musim Ini: 2024/2025

Kalau mau jujur, musim ini Liverpool lagi masa transisi kecil.

Setelah era panjang Klopp, ada adaptasi di sana-sini. Tapi ya, DNA red devils nggak berubah: fight till the end.

Di liga, mereka konsisten di papan atas. Di Liga Champions, udah lolos ke perempat final. Gue yakin, kalau momentum ini dijaga, Liverpool bisa bawa pulang setidaknya satu trofi tahun ini.

Beberapa highlight musim ini:

  • Menang dramatis lawan Manchester City 3-2 (gue hampir copot jantung nontonnya)

  • Salah cetak gol ke-200 untuk Liverpool (legend!)

  • Debut pemain muda Kayden Gordon yang mulai dapet menit bermain

Kalau harus jujur, masih ada masalah kecil di pertahanan, terutama kalau Van Dijk absen. Tapi serangan mereka? Tetap gila sih.

Prestasi Liverpool Musim Ini

Prestasi Liverpool Musim Ini

Musim ini mungkin belum seberapa kalau dibanding musim 2019–2020, tapi tetap keren:

  • Masih dalam race juara Liga Inggris

  • Masuk 8 besar Liga Champions

  • Juara Carabao Cup (ngalahin Chelsea di final)

  • Finalis FA Cup (semoga menang!)

Buat gue, ngelihat red devils sekarang tuh kayak ngelihat klub yang bukan cuma kuat, tapi juga punya hati. Mereka bukan sekadar ngejar trofi, mereka beneran main buat sejarah.

Taktik Liverpool di Bawah Klopp: Resep Keberhasilan

Salah satu hal yang nggak bisa dilewatkan kalau ngomongin Tim ini zaman sekarang, tentu taktik Klopp.

Gue pribadi selalu kagum sama fleksibilitas Klopp. Orang suka mikir tim ini tuh cuma tahu “tekan, tekan, tekan”. Tapi sebenernya, di balik keliatan chaos itu, ada struktur rapi banget.

1. Gegenpressing

Ini udah kayak merek dagang Klopp.
Begitu Liverpool kehilangan bola, semua pemain langsung menekan lawan secepat mungkin di area berbahaya. Tujuannya? Biar lawan nggak sempat nyusun serangan.

Gue inget komentar Klopp soal ini, katanya:
“Counter-pressing is the best playmaker in the world.”

Jadi bagi Klopp, dapet bola di wilayah lawan itu bahkan lebih penting daripada ngandelin umpan-umpan panjang.

2. Fullback Jadi Playmaker

Di Liverpool, fullback kayak Trent dan Robertson itu bukan sekadar bertahan. Mereka malah yang sering jadi otak serangan.

Gue pernah lihat statistik gila: Trent sempat jadi salah satu penyumbang assist terbanyak di Premier League, kayak gelandang top!

Bayangin, bek sayap yang kerjaannya ngirimin umpan-umpan maut kayak gelandang kelas dunia.

3. False Nine dan Rotasi Lini Depan

Era Firmino jadi false nine itu revolusioner banget. Dia bukan striker biasa yang nunggu bola, tapi dia turun jemput bola, narik bek lawan keluar dari posisi.

Akibatnya?
Salah dan Mane punya ruang lebih luas buat berlari masuk dan nyetak gol.

Sekarang, Darwin Núñez dan Cody Gakpo nerusin peran itu dengan gaya mereka masing-masing.

Liverpool Bukan Cuma Klub, Tapi Simbol Semangat

Ngeliat perjalanan the red devils , dari keterpurukan sampai jadi monster seperti sekarang, beneran ngajarin satu hal penting:
Jangan pernah menyerah, bahkan pas semua orang udah ninggalin lu.

Gue nggak tau apakah musim ini mereka bakal angkat trofi Liga Champions lagi, tapi satu hal yang gue tau: selama mereka pegang teguh “You’ll Never Walk Alone”, Liverpool bakal terus jadi tim yang ditakuti siapa aja.

Dan gue? Gue akan tetap nonton mereka sambil teriak-teriak dari sofa, walaupun bukan Kopites sejati. 😄

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Stadion King Power: Perjalanan Luar Biasa Leicester City di Premier League disini

Author